Jumat, 29 April 2016

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. B UMUR 4 TAHUN DENGAN SAKIT DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS SUSUKAN KAB. SEMARANG



ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. B UMUR 4 TAHUN DENGAN DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS SUSUKAN
KAB. SEMARANG


 KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan








OLEH  :
SOFIYATI
NIM     : 0612044






AKADEMI KEBIDANAN AR-RUM
SALATIGA
2015

HALAMAN PENGESAHAN



Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan, pada :
Hari                 :
Tanggal          :





Penguji I,                                                                    Penguji II,



Risnawati, S. SiT M. Kes                                         Agus Syahputra H, S. Kep
NIK. 03. 080383. 07                                                    NIK. 07. 160885. 09                                         



Mengetahui,
Direktur,



Risnawati, S.SiT M. Kes
NIK. 03. 080383. 07

HALAMAN PERSETUJUAN


Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan, pada :
Hari                 :
Tanggal          :









Pembimbing,


Agus Syahputra H, S. Kep
NIK. 07. 160885. 09

KATA PENGANTAR


Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagaimana yang diharapkan. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis mengambil judul “ ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. B DENGAN DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS SUSUKAN KAB. SEMARANG.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan di Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga.
Pada kesempatan yang berbahagia ini , Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat yang sangat berarti dalam terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasi kepada :
1.    Risnawati, S.SiT M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga.
2.    Agus Syahputra Harahap, S. Kep  selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan dukungan motivasi dan telah meluangkan waktu memberi bimbingan dengan sabar selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3.    Dr. Esha Krestriana selaku Kepala Puskesmas Susukan yang telah memberikan izin pengambilan data  dan perizinan pengambilan studi kasus.
4.    Semua dosen Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga yang telah memberikan banyak ilmu dan memberikan bimbingan.
5.    Orang tua dan keluarga saya yang selalu senantiasa memberikan dukungan semangat, moril, materil dan doanya.
6.    Rekan- rekan mahasiswa DIII Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga Angkatan VI yang telah memberikan semangat dukungan, kekompakan dan kerjasamanya demi kesuksesan bersama.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

                                                                                    Salatiga,  Mei 2015

                                                                                                Penulis
Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2015
Sofiyati

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. B UMUR 4 TAHUN DENGAN DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS SUSUKAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015
XIII + 67 halaman pokok + 8 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Angka kematian balita di Indonesia pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04% per 1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04% bayi meninggal per 1000 kelahiran. Angka tersebut lebih tinggi dibanding Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 16,39% per 1000 dan 2,3% per 1000 kelahiran hidup.
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan demam typhoid berdasarkan penerapan manajemen kebidanan Varney.
Metodologi : Penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah case study. Metode case study adalah studi kasus yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus. Studi kasus ini dilakukan pada balita dengan demam typhoid.
Hasil Studi Kasus : Hasil pada kasus balita sakit pada An. B dengan demam tifoid yaitu semua tindakan dilakukan dengan baik dan pasien sembuh dalam waktu 5 hari. Pemberian Therapy kloramfenikol (3x 1 sendok takar), puyer  paracetamol (3x sehari), vitamin B1, B6, B12. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum baik, tidak pucat, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, suhu sudah normal 36,5oC.
Kesimpulan : Sudah diberikan asuhan kebidanan, hasil asuhan kebidanan selama 5 hari yaitu keadaan umu balita baik, muka tidak pucat, mulut dan lidah tidak kering, kotor, buang air besar normal 1x sehari dengan konsistensi lembek.
Kata kunci      : Asuhan Kebidanan, Balita, Demam Typhoid

MOTTO


Tak ada kata untuk menyerah dan kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik,
Teruslah belajar dan belajar,
Jangan merasa Kamu orang yg terpandai di dunia
J Life Must Go On.. keep u're smiLe. J

PERSEMBAHAN


            Lembar ini penulis tulis sebagai wujud ucapan terima kasih atas kesanggupan penulis menulis Karya Tulis Ilmiah, kepada :
1.    Allah SWT yang telah melindungi dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2.    Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Sanusi dan ibu tercinta Adati sebagai rasa hormat dan sayang atas motivasi, dukungan mental dan materi yang secara tulus diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.    Kakak tercinta Siti Komariyah yang memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan semua tugas dan Karya Tulis Ilmiah ini.
4.    Agus Syahputra Harahap, S. Kep selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang membimbing dan memberikan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5.    Risnawati, S.SiT. M. Kes selaku Penguji I , terima kasih telah memberikan dukungan dan membimbing dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
6.    Dosen-dosen dan beserta staf akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga.
7.    Seluruh teman-teman angkatan VI “Gold Generation”, Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga Tahun 2012 yang saat ini sama-sama merasakan suka dan duka selama perkuliahan terutama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. “Watashi wa anata ga inakute sabishÄ« to anata o aishite”. Sayonara mata aimasho.
8.    Puskesmas Susukan Kab. Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengkajian pasien.
9.    Keluarga Balita yang telah bersedia menjadi responden.

CURRICULUM VITAE

Biodata
Nama              : Sofiyati
NIM                 : 0612044
TTL                  : Semarang, 18 September 1994
Agama                        : Islam
Alamat             : DK. Jabungan RT 05/ RW 10 Kel. Meteseh
  Kec. Tembalang Semarang
Institusi            : Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga
Pendidikan
1.    TK Nurul Aulad                                                    Lulus Tahun 2001
2.    SDN 01 Jabungan Semarang                             Lulus Tahun 2006
3.    SMP Sudirman Semarang                                  Lulus Tahun 2009
4.    SMK Sudirman Semarang                                  Lulus Tahun 2012
5.    Akademi Kebidanan Ar-Rum Salatiga saat ini masih dinyatakan sebagai mahasiswi semester 6.  


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................................... vi
CURRICULUM VITAE ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiii
INTISARI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C.   Tujuan ........................................................................................................... 4
D.   Pembatasan Kasus ....................................................................................... 5
E.    Manfaat Studi Kasus ..................................................................................... 5
F.    Sistematika Penulisan ................................................................................... 6
G.   Keaslian Studi Kasus .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Tinjauan Teori Medis ..................................................................................... 10
B.    Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ................................................................ 25
C.   Landasan Hukum Kewenangan Bidan ......................................................... 35
BAB III METODOLOGI
A.    Jenis Karya Tulis Ilmiah ................................................................................ 37
B.    Lokasi Studi Kasus ........................................................................................ 37
C.   Subyek Studi Kasus ...................................................................................... 37
D.   Waktu Pengambilan Studi Kasus ................................................................. 37
E.    Instrumen dan Alat Pengambilan Data ......................................................... 38
F.    Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 38
G.   Jadwal Penelitian........................................................................................... 39
BAB IV TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian I .................................................................................................. 40
B.    Pengkajian II ................................................................................................. 49
C.   Pengkajian III ................................................................................................ 51
D.   Pengkajian IV ................................................................................................ 53
E.    Pengkajian V ................................................................................................. 55
BAB V PEMBAHASAN
A.    Pengkajian .................................................................................................... 57
B.    Interpretasi Data ............................................................................................ 58
C.   Diagnosa Potensial ....................................................................................... 59
D.   Antisipasi ....................................................................................................... 59
E.    Intervensi ....................................................................................................... 60
F.    Implementasi ................................................................................................. 61
G.   Evaluasi ......................................................................................................... 63
BAB VI PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 65
B.    Saran ............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



 




DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1      : Jadwal Penelitian
Lampiran 2      : Surat Izin Pengambilan Data dari Akademik
Lampiran 3      : Surat Izin Permohonan Studi Kasus dari Akademik
Lampiran 4      : Surat Persetujuan Keluarga Responden
Lampiran 5      : Format Asuhan Kebidanan
Lampiran 6      : SAP Tifoid
Lampiran 7      : Leaflet Tifoid
Lampiran 8      : Lembar Konsul KTI


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian studi Kasus .................................................................................  8
Tabel 4.1 Riwayat Persalinan ................................................................................... 42
Tabel 4.2 Data Kebiasaan Sehari-hari ...................................................................... 42


Midwifery Academy Ar-Rum Salatiga
Scientific Paper, May 2015
Sofiyati

MIDWIFERY CARE OF CHILDREN IN CHILD B 4 YEARS WITH AGE IN HEALTH SUSUKAN TYPHOID FEVER KAB. SEMARANG 2015
XIII + 67 main pages + 8 enclosures

ABSTRACT

Background: infant mortality rate  in Indonesia in 2008 is still quite high at 31.04% per 1,000 live births means that there are 31.04% of infant deaths per 1000 live births. This figure is higher than Malaysia and Singapore were respectively 16.39% per 1000 and 2.3% per 1,000 live births.
Objective: Implement midwifery care in infants with typhoid fever based management application obstetrics Varney.
Methodology: Writing scientific papers is the method used is a case study. Case study method is a case study conducted by examining a problem through a case. This case study was conducted on children with typhoid fever.
Case Study Results: The results in the case of a sick toddler in child B with typhoid fever are all actions performed well and the patient recovered within 5 days. Giving Therapy chloramphenicol (3x 1 scoop), paracetamol powder (3x daily), vitamin B1, B6, B12. After the evaluation is obtained good general condition, not pale, mouth and tongue not dry and not dirty, temperature is normal 36,5oC.
Conclusion: It has been given midwifery care, the results of midwifery care during the five days that the circumstances toddler umu good, not pale face, mouth and tongue not dry, dirty, normal defecate 1x daily with a mushy consistency.
 
Keywords: Midwifery Care, Toddler, Typhoid Fever
BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat Vietnam khususnya di delta Sungai Mekong diperoleh angka insidensi 198 per 100.000 penduduk dan di Delhi India sebesar 980 per 100.000 penduduk. Pada beberapa dekade terakhir demam typhoid tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah dunia. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70% dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam typhoid  di Asia.1
Angka kematian balita (AKABA) di Indonesia pada tahun 2008 masih cukup tinggi, yaitu 31,04% per 1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04% bayi meninggal per 1000 kelahiran. Angka tersebut lebih tinggi dibanding Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 16,39% per 1000 dan 2,3% per 1000 kelahiran hidup.2
Upaya perbaikan kesehatan ditingkatkan melalui pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Hal ini tidak lepas dari upaya bangsa. Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam tujuan pembangunan kesehatan yaitu tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Selain masalah kesehatan, masalah lain yang ada di negara Indonesia adalah tingginya angka kesakitan dan kematian pada balita. Penyakit demam typhoid merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian balita (AKABA) adalah 44 per 1000 kelahiran hidup.2
AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75 per 1000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
10,34 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target.3
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat kesehatan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.3
AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 1000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 11,50 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah melampaui target.3
Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Penyebab kematian balita disebabkan oleh diare, demam berdarah dengue dan demam tifoid. Demam tifoid mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita dan diperkirakan 1-%-20% per tahun balita meninggal karena perdarahan usus yang merupakan komplikasi dari demam tifoid.4
Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh kuman Salmonella Thypi .5
Dalam hal ini, seorang bidan berperan dalam melakukan deteksi dini serta memberikan asuhan pada bayi dan balita sesuai kebutuhan dengan melakukan kolaborasi dengan dokter anak. Selain itu, pentingnya seorang bidan untuk memahami asuhan yang harus diberikan kepada balita dengan demam tifoid. Dalam penegakan diagnosa penyakit demam tifoid, dokter melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan widal.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Susukan, jumlah balita di desa Susukan adalah 396 balita, data yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM) didapatkan kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit dengan demam tifoid 4 balita, sakit pneumonia 4 balita pada bulan Desember 2014.
Berdasarkan data-data diatas diketahui kasus demam tifoid masih banyak dijumpai di kalangan masyarakat terutama pada balita sakit di Puskesmas Susukan. Maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid di Puskesmas Susukan”.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari latar belakang ditemui masalah yang dialami pada balita salah satunya adalah demam typhoid. Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Balita dengan demam typhoid di Puskesmas Susukan ?.

C.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan demam typhoid berdasarkan penerapan manajemen kebidanan Varney.
2.    Tujuan Khusus
a.    Melakukan pengkajian pada balita dengan demam typhoid.
b.    Melakukan interpretasi data dan dapat mengetahui diagnosa kebidanan, menentukan masalah yang timbul dan mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan pada balita dengan demam typhoid.
c.    Mengetahui diagnosa potensial yang timbul dari pengkajian khususnya pada balita dengan demam typhoid.
d.    Memberikan antisipasi jika timbul diagnosa potensial pada balita dengan demam typhoid.
e.    Memberikan intervensi dari pengkajian dan masalah yang timbul dari balita dengan demam typhoid.
f.     Melakukan implementasi dari intervensi yang diberikan pada balita dengan demam typhoid.
g.    Mengetahui evaluasi dan tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan pada balita dengan demam typhoid.

D.   Pembatasan Kasus
Pembatasan kasus merupakan obyek sasaran yang diambil dalam studi kasus dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Pembatasan kasus dari Proposal Karya Tulis Ilmiah ini meliputi :
1.    Pembatasan Sasaran
Karya Tulis Ilmiah ini sasarannya adalah Balita dengan demam typhoid.
2.    Pembatasan Tempat
Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus tentang Balita dengan demam typhoid di Puskesmas Susukan.
3.    Pembatasan Waktu
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015.
E.    Manfaat Studi Kasus
1.    Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pendidikan dan menambah pengetahuan serta memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan demam typhoid.
2.    Bagi Institusi
Sebagai daftar pustaka untuk menambah referensi bagi mahasiswa dan sebagai wacana khususnya pada asuhan kebidanan balita dengan demam typhoid.
3.    Bagi Orang tua Responden
Dapat memberikan penanganan terhadap resiko terjadinya demam typhoid pada balita.
4.    Bagi Bidan Praktek Mandiri
Meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap balita dengan kasus demam typhoid.

F.    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan mengurangi penulisan dan penyususnan dari BAB I sampai BAB VI dimana antara BAB I dengan yang lain saling berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan dan keaslian studi kasus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan teori medis yang meliputi definisi demam typhoid, etiologi, tanda dan gejala demam typhoid , gambaran klinik, penatalaksanaan dan konsep dasar asuhan kebidanan pada balita denga demam typhoid.

            BAB III METODOLOGI
Berisi tentang jenis Karya Tulis Ilmiah yang disusun sesuai dengan teori yang ada, lokasi atau tempat pelaksanaan studi kasus, subyek yang digunakan dalam pelaksanaan studi kasus, instrumen dan alat apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan studi kasus, teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pelaksanaan studi kasus.

BAB IV TINJAUAN KASUS
Berisi penyajian laporan kasus dengan menggunakan manajemen menurut Varney yang terdiri atas 7 langkah Varney, yaitu pengkajian data, interpretasi data, dignosa potensial, antisipasi, intervensi, implementasi, evaluasi, dan SOAP.

BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan berisi kesenjangan antara teori dengan praktek, yang penulis temukan saat pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut varney.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Saran merupakan alternatif pemecahan masalh dan anggapan kesimpulan yang berupa kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis, operasional yang berarti sarat dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

G.   Keaslian Studi Kasus

Tabel 1.1 Keaslian Studi Kasus

No

Nama
Institusi
Judul
Hasil
1.     
Dwi Maryani
Prodi Kebidanan Surakarta
Asuhan Kebidanan  pada balita I dengan demam tifoid di Puskesmas Sragen
Waktu : 17-21 Maret 2014
Lokasi : Puskesmas Sragen
Subyek : Balita I
Hasil : Setelah diberikan asuhan dan tindakan pasien sembuh dalam waktu 5 hari
2.     
Rita Maharani
Prodi Kebidanan Surakarta
Asuhan Kebidanan pada balita D dengan demam tifoid di BPS Kiran Klaten Tengah
Waktu : 17-21 Juli 2012
Lokasi : BPS Kiran Klaten Tengah
Subyek : Balita D
Hasil : Setelah dilakukan tindakan dan asuhan pasien sembuh dalam waktu 10 hari.
3.     
Eni Sugianti
Prodi Kebidanan Surakarta
Asuhan Kebidanan pada balita N dengan demam Typhoid  di Puskesmas Gajahan Pasar Kliwon Surakarta
Waktu : 26-28 April 2013
Lokasi : Puskesmas Gajahan Pasar Kliwon Surakarta
Subyek : Balita N
Hasil : Setelah diberikan asuhan dan tindakan  pasien sembuh dalam waktu 4  hari

Perbedaan penelitian sekarang dengan tabel keaslian yaitu tempat pengambilan kasus, nama pasien atau subyek, waktu pengambilan studi kasus, hasil asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam typhoid.
 


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.   Tinjauan Teori Medis
1.    Balita
a.    Pengertian
Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah dengan kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg pertahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.
Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan, dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan perkembangan fisik contohnya koordinasi motorik halus dan motorik kasar juga kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan, dan perkembangan yang dilalui oleh anak.4
b.    Karakteristik Balita
Karakteristik balita dibagi menjadi 2 yaitu :
1)    Anak usia 1-3 tahun.
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia pra sekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan ynag relatif besar.
2)    Anak usia pra sekolah (3-5 tahun).
Pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak, dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
c.    Tumbuh Kembang Balita
1.    Pengertian tumbuh kembang
a)    Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat (kg/gr/pound) atau ukuran panjang (meter/sentimeter) umur tulang dan keseimbangan metabolik.
b)    Perkembangan
Menurut Whaley dan Wong perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan adalah pertambahan kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.4
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda- beda tetapi prosesnya senantiasa melalui 3 pola yang sama yaitu :
1)    Pertumbuhan dimulai drai tubuh bagian atas menuju bagian bawah.
2)    Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
3)    Setelah kedua pola diatas dikuasai barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain seperti melempar, menendang, berlari, dan lain-lain.
d.    Motorik Kasar
Merupakan gerakan fisik yang membutuhkan kesimbangan, dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Berikut tahapan perkembangan motorik pada anak sesuai dengan usia:
1.    Anak usia 6-9 bulan
a)    Mampu duduk sendiri tanpa bantuan
b)    Mulai belajar merangkak
c)    Mampu menggulingkan tubuhnya untuk berpindah tempat
d)    Belajar berjalan
2.    Anak usia 9-12 bulan
a)    Merangkak kesana kemari
b)    Semakin giat dan menunjukkan semangat belajar berjalan.
c)    Sudah bisa berpegangan pada meja atau tepi sofa.
d)    Di akhir tahun pertamanya dia akan menunjukkan kemampuannya menggerakkan kaki dan melangkah sendiri untuk pertama kalinya.
3.    Anak usia 3 tahun
a)    Berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat.
b)    Melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm.
c)    Naik tangga tanpa dibantu.
d)    Meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan.
4.    Anak usia 4 tahun
a)    Sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan.
b)    Mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa.
c)    Naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian.
5.    Anak usia 5 tahun
a)    Mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat yang pendek.
b)    Mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial.
c)    Mampu menaiki sepeda tiga roda.
d)    Berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang.
e)    Lompat di tempat dengan 1 kaki.
f)     Berjalan diatas papan keseimbangan.
e.    Motorik Halus
Kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan.
Berikut tahapan perkembangan motorik halus pada anak sesuai dengan usia yaitu :
1.    Anak usia 6-9 bulan
a)    Mampu menggerakkan tangan dengan baik serta menggunakannya untuk mengeksplorasi benda-benda kecil di sekelilingnya.
b)    Mulai mengamati serta mempelajari bentuk dan ukuran benda yang dipegangnya.
c)    Mulai belajar memegang cangkir minumnya.
2.    Anak usia 9-12 bulan
a)    Senang mengambil, dan membuang benda serta berlatih cara menjatuhkan benda dengan baik.
b)    Mulai belajar mengambil, dan bermain dengan makanannya saat acara makan berlangsung.
c)    Mulai belajar menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mengambil dan memegang benda-benda yang berukuran kecil.
3.    Anak usia 3 tahun
a)    Menggambar mengikuti bentuk
b)    Menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran.
c)    Membuka dan menutup kotak
d)    Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus.
4.    Anak usia 4 tahun
a)    Menggambar sesuatu yang diketahui, bukan yang dilihat.
b)    Mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya.
c)    Menyelesaikan puzzle 4 keping.
5.    Anak usia 5 tahun
a)    Melipat
b)    Menggunting sesuai pola
c)    Menyusun mainan konstruksi bangunan
d)    Mewarnai lebih rapi tidak keluar garis
e)    Meniru tulisan.
2.    Demam Typhoid
a.    Pengertian
Adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Oragnisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh kuman Salmonella Thypi .5
Demam typhoid adalah suatu penyakit peradangan pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh infeksi salmonella.6
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhosa yang dapat menyebabkan gastroentritis (radang lambung).7
b.    Etiologi
Penyebab dari demam Typhoid adalah Salmonella Typhi. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam typhoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam typhoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam typhoid.5
c.    Patofisiologi
Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesesnterika mengalami hiperplasi. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler  dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Kemudian terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).8
d.    Manifestasi Klinik
Masa tunas Typhoid 10-14 hari
1.    Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.



2.    Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam brakikardi, lidah yang khas (putih, kotor), penurunan kesadaran.
3.    Minggu III
Suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dan ulkus.
4.    Minggu IV
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai sisa gejala yang terjadi sebelumnya.
Adapun beberapa gejala penyakit typhoid sebagai berikut :
a.    Demam yang semakin lama semakin tinggi, gejala ini biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga selama 7-10 hari dan baru turun perlahan-lahan pada minggu ke empat.
b.    Pada malam hari suhu akan meningkat dan turun kembali pada pagi hari.
c.    Hilangnya nafsu makan, sehingga badan terasa lemas dan berat badan menurun.
d.    Buang air besar tidak teratur, sembelit, dan diare.
e.    Mual, muntah, dan perut terasa sakit.
f.     Batuk dan peradangan pada cabang tenggorokan.
g.    Timbul bercak kecil berwarna merah di daerah dada dan perut.
Gejala klinis demam typhoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang timbul antara lain :
1)    Demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malam hari demam tinggi sekitar 38,8oC – 40oC.
2)    Kepala : pada balita sakit demam typhoid biasanya ubun-ubunnya cekung.
3)    Muka agak pucat karena dehidrasi/kekurangan cairan dan kekurangan nutrisi.
4)    Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
5)    Kelopak mata cekung dikarenakan terjadi dehidrasi, conjungtiva pucat.
6)    Kulit tampak kering dan panas yang mungkin juga didapatkan bercak didaerah abdomen, dada atau punggung.
7)    Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella Typhi berkembang biak dhabitat limfa, akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan rasa mual yang berlebihan, akhirnya makanan tidak bisa secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
8)    Diare. Sifat bakteri yang menyaerang saluran pencernaan menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar ).
9)    Lemas, pusing dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.9
e.    Diagnosis
Menurut Padila (2013), untuk mengetahui adanya typhoid dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu :
1.    Uji Widal
      Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella Typhi terdapat dalam serum pasien dengan typhoid. Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan di olah di laboratorium. Tujuan uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang didiagnosis menderita typhoid.5
f.     Komplikasi
1.    Komplikasi intestinal
a)    Perdarahan intestinal
Pada plak peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadapa sumbu usus. Jika luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan.

b)    Perforasi usus
Biasanya timbul pada minggu ketiga, tetapi dapat terjadi pada minggu pertama. Gejalanya nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah menyebar ke seluruh perut disertai tanda-tanda ileus. Bising usus melemah, pekak hati kadang tidak ditemukan karena ada udara bebas di abdomen.
2.    Komplikasi ekstra intestinal
a)    Komplikasi paru
Dapat terjadi pneumoni, empiema atau pleuritis. Pasien mengeluh dada terasa sakit, batuk, sesak nafas.
b)    Komplikasi hepatobilier
Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50% penderita. Untuk membedakan apakah hepatitis ini karena typhoid, virus, malaria, atau amuba.
c)    Komplikasi kardiovaskuler
Miokarditis terjadi pad 1-5% penderita. Penderita miokarditis biasanya tanpa simtom kardiovaskuler atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kongesif, aritmia, atau syok kardiogenik.
d)    Komplikasi neuropsikiatrik / typhoid toksik
Gejalanya dapat berupa delirium dengan atau tanpa kejang, semikoma atau koma, parkison rigdity/transient parkisonis, sondroma otak akut, dan psikosis.10

g.    Penatalaksanaan
Menurut Padila (2013) :
1.    Perawatan
a.    Klien di istirahatkan 7 hari atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b.    Moblisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.    Diet
a.    Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b.    Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c.    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari kemudian nasi tim.
d.    Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3.    Obat-obatan
Klorampenikol, tiampenikol, cotrimoxazole, amoxicilin.
 Apabila ditemukan data-data yang mengarah pada demam typhoid, maka anak harus segera dirujuk. Untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah :
a.    Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit perawatan umum
1)    Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
2)    Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran yang dimasak lunak sekali. Susu diberikan 2x1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.
3)    Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien memburuk. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.
4)    Observasi intake / output.
b.    Gangguan suhu tubuh
1)    Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.
2)    Anjurkan klien untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi.
3)    Atur ruangan agar cukup ventilasi.
4)    Berikan kompres hangat.
5)    Anjurkan pasien untuk banyak minum.
6)    Berikan pakaian yang tipis
7)    Observasi suhu tubuh.
c.    Gangguan rasa aman
1)    Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, sering berikan minum.
2)    Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan dan diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorokan tidak kering.5


h.    Pencegahan
Apabila seseorang menderita penyakit typhoid kemungkinan besar makanan atau minuman yang dikonsumsi tercemar bakteri. Hindari jajanan di pinggir jalan yang sanitasinya kurang bersih atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita typhoid. Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit typhoid  menurut (Drs. H Akhsin Zulkoni, 2011) yaitu :
1.    Dari sisi manusia
a.    Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit typhoid dilakukan vaksinasi.
b.    Pendidikan kesehatan pada masyarakat yaitu personal hygiene, sanitasi.
2.    Dari sisi lingkungan hidup
a.    Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
b.    Pembuangan kotoran tinja yang hygienis.
c.    Pemberantasan lalat.
d.    Pengawasan terhadap makanan dirumah dan cara penyajian makanan.7





B.   Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1.    Pengelolaan dengan Manajemen Kebidanan menurut Varney dalam Bukunya Varney’s Midwifery.
Menurut Helen Varney manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, perempuan-perempuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan berfokus kepada pasien.
Proses manajemen kebidanan menurut Varney disusun menjadi 7 langkah, 7 langkah tersebut adalah :
1.    Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai klien secara keseluruhan.
2.    Menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
3.    Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganan masalah.
4.    Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5.    Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6.    Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7.    Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Penjelasan dari manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :
1.    Langkah I : Pengkajian
Pada langkah ini yang dilakukan adalah mengumpulkan data dari informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dan disusun secara sistematis. Data balita dengan demam typhoid dapat diperoleh melalui ibu/ keluarga dan juga melalui pemeriksaan kepada balita typhoid untuk mengevaluasi keadaan klien selanjutnya.
a.    Data Subyektif
1)    Biodata yang mencakup identitas klien dan orang tua
a)    Identitas yaitu berisi nama yang digunakan untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya.
b)    Tanggal/ jam lahir yaitu untuk mengetahui umur balita atau pasien.
c)    Jenis kelamin untuk mengetahui jenis kelamin pasien.
d)    Identitas orang tua :
1)    Nama orang tua ditanyakan nama jelas dan lengkap yang bertujuan untuk mengetahui nama ibu sehingga memudahkan untuk mengenal, memanggil, dan menjaga kemungkinan bila ada nama klien yang namanya sama agar tidak keliru dalam penanganan.
2)    Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui keadaan pasien dan mempermudah memberikan therapy.
3)    Agama untuk mengetahui keyakinan klien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan jenis kelamin balita.
4)    Suku/ bangsa berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Pendidikan untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
5)    Pekerjaan berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
6)    Alamat untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2)    Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan mengenali tanda dan gejala serta penyebab yang berkaitan dengan demam typhoid.
3)    Riwayat Kesehatan
a)    Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini.
b)    Riwayat Kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis, yang kemungkinan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan sekarang.
c)    Riwayat kesehatan keluarga
Data diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien dan balita, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang perlu ditanyakan misalnya penyakit hepatitis.
4)    Pola kebutuhan sehari-hari
Menurut Ambarwati pola kebutuhan sehari-hari meliputi :
a)    Pola nutrisi
Untuk mengetahui konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolic dan suplai gizi pada bayi meliputi pola konsumsi makanan.
b)    Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar yang meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna feses berwarna pucat atau berupa dempul dan kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.


c)    Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas balita setiap hari apakah balita bergerak aktif atau lemah. Pada pola ini dikaji pengaruh aktifitasnya terhadap kebiasaan.
d)    Pola istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan relaksasi dan setiap bantuan untuk merubah pola tersebut.
b.    Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara langsung yang dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
1)    Keadaan Umum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi pucat, sianosis dan lainnya.
a)    Tanda-tanda vital
(1)  Pernafasan
Pernafasan pada balita normalnya 25-50 kali/menit, tanpa retraksi dada dan tanpa ada suara merintih pada saat ekspirasi.
(2)  Denyut jantung balita
Denyut jantung balita normalnya adalah 80-110 kali/menit, tetapi masih dianggap normal jika diatas 160 kali/menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan , terutama bila balita mengalami distres.
(3)  Suhu
Pemeriksaan suhu dilakukan untuk menentukan apakah balita dalam keadaan hipotermi atau tidak. Dalam keaadaan normal, suhu berkisar antara 36,5oC – 37,5oC.
b)    Pengukuran antropometri
(1)  Lingkar kepala pada balita
(2)  Lingkar dada
(3)  Lingkar lengan
(4)  Panjang badan
(5)  Berat badan
(6)  Status present
Melakukan pemeriksaan head to toe yang meliputi :
(a)  Kepala bentuk ( mesochepal, makrochepal, dan mikrochepal ).
(b)  Mata untuk menilai simteris atau tidak, mengkaji sklera kuning atau tidak dan konjungtiva pucat atau tidak.
(c)  Telinga simetris atau tidak, ada penumpukan kotoran atau tidak.
(d)  Hidung apakah ada pernafasan cupping hidung atau tidak, apakah ada secret atau tidak.
(e)  Mulut untuk mengetahui ada sariawan atau tidak.
(f)   Leher untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
(g)  Dada untuk mengetahui simetris atau tidak , ada retraksi dinding dada atau tidak.
(h)  Abdomen untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati atau tidak , kembung atau tidak.
(i)    Genetalia untuk mengetahui jenis kelamin dan adanya kelainan atau tidak.
(j)    Ekstremitas untuk menilai ada/tidaknya gerakan ekstremitas, asimetris, posisi, dan gerakan kaki yang abnormal seperti kuku panjang belum melewati ujung jari.12
(7)  Pemeriksaan penunjang
Adakah pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan yang dapat menunjang masalah.
2.    Langkah II : Interpretasi Data
Identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan atau mendapatkan diagnosa dan masalah yang lebih spesifik.
a.    Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Pada kasus balita dengan demam typhoid diagnosa kebidanannya adalah sebagai berikut :
An.   Umur ... tahun dengan demam typhoid
Data dasar :
1)    Data subyektif
Data yang diperoleh dari hasil anamnesa kepada pasien. Misalnya :
a)    Pernyataan tentang nama , umur.
b)    Tanggal lahir
2)    Data obyektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan. Misalnya :
a)    Berat badan balita
b)    Panjang badan balita
c)    Tanda-tanda vital balita
b.    Masalah
Masalah merupakan permasalahan yang muncul berdasarkan data yang diperoleh dari hasil anamnesa maupun hasil pemeriksaan.
c.    Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan dan harus diperhatikan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa.
3.    Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial dan mengantisipasi masalah atau penanganan masalah.
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita dengan demam typhoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa perdarahan usus, perforasi, peritonitis.
4.    Langkah IV : Antisipasi Masalah
Merupakan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Kunjungan perinatal saja , tetapi juga selama ibu bersama kondisi klien. Langkah antisipasi yang dilakukan untuk menangani balita demam typhoid yang dapat dilakukan bidan adalah berkolaborasi dengan dokter spesialis anak, berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam menegakkan diagnosis yang tepat.
5.    Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah yang sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang sudah ditetapkan. Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan masalah yang timbul dan kebutuhan pada klien yang berkaitan dengan :
a.    Berkaitan dengan diagnosa potensial
Bila asuhan dibuat di Puskesmas berarti dilakukan sesuai anjuran dokter.
b.    Berkaitan dengan masalah
Permasalahan yang muncul berarti berkaitan dengan permasalahan balita demam typhoid.
c.    Berkaitan dengan kebutuhan
a)    Mencegah terjadinya komplikasi yang akan timbul dari demam typhoid.
b)    Mengatasi kecemasan dan kekhawatiran orang tua dan mengkaji situasi setiap saat keadaan balita.
6.    Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah yang kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasanya dilakukan seluruhnya oleh bidan dan berkolaborasi dengan dokter.
7.    Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir untuk mengetahui tindakan yang telah diberikan. Mengevaluasi seluruh tindakan penanganan dari asuhan yang diberikan. Mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap aspek-aspek yang sudah dilakukan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum dilakukan.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut beerlangsung di dalam situasi klinis dan dua langkah terakhir bergantung pada klien dan situasi  klinis, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

C.   Landasan Hukum
1.    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.11
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a.    Pelayanan kesehatan ibu.
b.    Pelayanan kesehatan anak.
c.    Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 11
1)    Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
2)    Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a.    Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b.    Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c.    Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d.    Pemeberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e.    Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah.
f.     Pemberian konseling dan penyuluhan.
g.    Pemberian surat keterangan kelahiran.
h.    Pemberian surat keterangan kematian.



 

BAB III
METODOLOGI

A.   Jenis Karya Tulis Ilmiah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah case study. Metode case study adalah studi kasus yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus. Studi kasus ini dilakukan pada balita dengan demam typhoid.

B.   Lokasi Studi Kasus
Tempat pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di Puskesmas Susukan Kab. Semarang.

C.   Subyek Studi Kasus
Sasaran studi kasus ini adalah pada Balita dengan demam typhoid.

D.   Waktu Pengambilan Kasus
Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini pengumpulan data dilakukan dari bulan Mei 2015 untuk melaksanakan asuhan kebidanan dari data dasar sampai dengan evaluasi.




E.    Instrumen dan Alat Pengambilan Data
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam studi kasus ini menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney.
1.    Alat yang digunakan wawancara, yaitu :
a.    Buku tulis dan lembar observasi
b.    Bolpoin
c.    Format Asuhan Kebidanan Balita
2.    Alat yang digunakan untuk observasi, yaitu :
a.    Termometer
b.    Stetoskop
c.    Jam tangan
d.    Penlight

F.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.    Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian yang bersangkutan dan memerlukannya, menurut Notoatmojo (2005) cara mendapatkan data primer yaitu dengan :
a.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis.
b.    Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana pewawancara mendapat keterangan langsung.
c.    Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2.    Data sekunder
Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau therapy diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungan, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi.
a.    Studi kepustakaan
Merupakan bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian.
b.    Studi dokumentasi
Adalah pengumpulan data dengan cara mengambil semua data yang dibutuhkan terdapat dalam catatn atau dokumen yang ada (rekam medik).

G.   Jadwal Penelitian
(terlampir).



BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. B UMUR 4 TAHUN
DENGAN DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS SUSUKAN
KAB. SEMARANG

Tanggal Masuk           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.00 WIB    
Tanggal Pengkajian    : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.05 WIB

I.              PENGKAJIAN I
A.    Data Subyektif
1.    Identitas Pasien dan Penanggung jawab
Identitas pasien
Nama                          : An. B
Umur                           : 4 tahun
Tanggal lahir                : 20 Januari 2011
Jenis kelamin              : Laki-laki
BB / PB                       : 14 kg / 100 cm




Identitas Penanggung jawab
Nama                          : Ny. M                                                Tn. J
Umur                           : 26 tahun                                30 tahun
Alamat                         : Kenteng Susukan                 Kenteng
  Susukan                               
Pekerjaan                    : IRT                                        Swasta
Agama                         : Islam                                     Islam
Pendidikan                  : SMA                                      SMA
Kewarganegaraan       : Indonesia                               Indonesia
2.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya panas sudah 5 hari, mual dan muntah sejak 2 hari, BAB encer sudah 4x/hari sejak 2 yang lalu disertai dengan demam, dan nafsu makan berkurang.
3.    Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas sudah 5 hari, mual dan muntah sejak 2 hari, BAB encer sudah 4x/hari sejak 2 yang lalu disertai dengan demam, dan nafsu makan berkurang.
b.    Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang diderita saat ini.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti Tubercullosis, hepatitis, penyakit keturunan seperti asma, diabetes melitus, hipertensi, jantung.
4.    Riwayat Persalinan
Tabel 4.1 Riwayat Persalinan

Tanggal lahir

Jenis persalinan

Penolong

Penyulit

Jenis kelamin

Keadaan anak
20-01-2011
Spontan
Bidan
Tidak ada
Laki-laki
Umur 4 tahun

5.    Data Kebiasaan Sehari-hari
Tabel 4.2 Data Kebiasaan Sehari-hari
Pola Kebiasaan
Sebelum Sakit
Selama Sakit
a.    Nutrisi
Makan



Minum

Frekuensi : 3x sehari
Komposisi : nasi, lauk, sayur

Frekuensi : 5 gelas sehari
Komposisi : air putih, susu

Frekuensi : 3x ¼/ hari
Komposisi : nasi, lauk, sayur dibuat bubur
Frekuensi : 6 gelas sehari
Komposisi : air putih, susu
b.    Eliminasi
BAK






BAB

Frekuensi : 3x/hari
Warna      : kuning jernih
Bau          : Khas amoniak


Frekuensi    : 1x/hari
Warna         : kuning
Bau             : khas feses
Konsistensi : lembek

Frekuensi     : 5x/hari
Warna          : kuning jernih
Bau               : khas amoniak
BAK terakhir :

Frekuensi   : 4x
Warna        : kuning
Bau             : khas feses
Konsistensi : encer
c.    Pola istirahat/ tidur
Siang   : 3 jam
Malam : 10 jam
Siang   : 2 jam
Malam : 6 jam
d.    Kebersihan diri
Mandi       : 2x/hari
Keramas   : 1x/hari
Ganti baju : 2x/hari
Mandi       : sibin 1x/hari
Keramas   : -
Ganti baju : 2x/hari


B.    Data Obyektif
1.    Pemeriksaan Umum
a.    Keadaan Umum    : lemah
b.    Kesadaran             : composmentis
c. TTV             : N       : 100    x/menit
                                      S        : 39,2   oC
                                      RR     :  26     x/menit
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Kepala                               : rambut hitam, bersih, tidak mudah
  rontok, ubun-ubun cekung, tidak
  ada kelainan.
b.    Muka                                 : simetris, pucat
c.    Mata                                  : kelopak mata cekung, conjungtiva
  pucat, sklera putih.
d.    Telinga                               : bersih, tidak ada serumen
e.    Hidung                               : bersih, tidak ada pembesaran polip
f.     Mulut                                 : bibir warna pucat, kering, lidah
  kotor, warna lidah putih, tidak ada
  sariawan.
g.    Leher                                 : tidak ada pembesaran kelenjar
  Tiroid.
h.    Dada          : Inspeksi         : simetris, tidak ada tarikan dinding
  dada ke dalam.
Palpasi          : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
  massa/benjolan.
Perkusi          : terdengar bunyi resonan “dug dug
  dug”.
Auskultasi      : terdengar bunyi S1 “lub”, S2 “dup”.
i.      Abdomen              
Inspeksi           : tidak ada luka, tidak ada kelainan.
Auskultasi        : bising usus 24x/menit
Palpasi            : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
  massa / benjolan.
Perkusi                        : terdengar bunyi timpani.
j.      Genetalia                           : jumlah testis ada dua, terdapat
  lubang uretra, tidak ada kelainan.
k.    Ekstremitas Atas               : jari tangan tidak ada kelainan, tidak
  terdapat polydaktili, terpasang infus
  RL 20 tpm (micro) di tangan kiri.
Bawah           : jari-jari lengkap, tidak oedem, tidak
  ada kelainan.
3.    Pemeriksaan Penunjang
Tanggal           : 10 Mei 2015
Widal               : + 1/320                      Paratyphi A-O : + 1/320
S. Typhi           : + 1/320                      Paratyphi B-O : + 1/640
Typhi H            : negatif (-)                  Paratyphi C-O : + 1/320

Tanggal           : 11 Mei 2015
Pemeriksaan feses
Warna  : kuning                                   Darah              : negatif
Bau      : khas feses                             Konsistensi      : cair
Lendir  : negatif

II.           INTERPRETASI DATA
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.15 WIB
a.    Diagnosa Kebidanan
An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid.
Data Dasar            :
DS       : Ibu mengatakan anaknya berumur 4 tahun.
  Ibu mengatakan anaknya sedang sakit panas
  sudah 5 hari.
  Ibu mengatakan idah anaknya kotor, bagian
  tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
            DO      : KU                 : lemah
                          TTV   : N       : 100    x/menit
                                      S        : 39,2   oC
                                      RR     : 26      x/menit
Hasil pemeriksaan penunjang
Widal   : + 1/320                     
Paratyphi A-O : + 1/320         
Paratyphi B-O : + 1/640
Paratyphi C-O : + 1/320
S. Typhi           : + 1/320       
Typhi H           : negatif (-)
                       
b.    Masalah
Nafsu makan berkurang.
c.    Kebutuhan
1.    Menganjurkan ibu untuk memberikan makan sedikit tetapi sering.
2.    Mencukupi nutrisi anak yang optimal.
3.    Menganjurkan untuk istirahat cukup.

III.          DIAGNOSA POTENSIAL
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.25 WIB
Perdarahan usus.

IV.          ANTISIPASI
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.40 WIB
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy obat.

V.            INTERVENSI
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 11.50 WIB
1.    Beritahu ibu keadaan umum dan TTV anak.
2.    Berikan kompres hangat pada anaknya.
3.    Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat.
4.    Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya.
5.    Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat.
6.    Berikan nutrisi/ makan sedikit tetapi sering pada anaknya.
7.    Anjurkan untuk istirahat cukup.
8.    Anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya.

VI.          IMPLEMENTASI
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 12.05 WIB
1.    Memberitahu ibu keadaan umum dan TTV anaknya, keadaan umum anaknya yaitu pucat , lemas.
2.    Memberikan kompres hangat pada anaknya.
3.    Melakukan kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat
a)    Kloramfenikol syrup 125 ml diberikan 1 sendok takar diminumkan 3x sehari.
b)    Puyer paracetamol 500 mg 3 tablet dijadikan 10 bungkus 3x1/hari.
c)    Infus RL 20 tpm (micro).
4.    Menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya digunakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.
5.    Memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat, misalnya bubur, telur ayam kampung, dan susu.
6.    Memberikan nutrisi atau makan sedikit tetapi sering pada anaknya.
7.    Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu tidur siang hari ± 2 jam, malam hari ± 10 jam.
8.    Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya yaitu mengganti baju 2x sehari, mandi/ sibin 2x sehari.
VII.         EVALUASI
Tanggal           : 11 Mei 2015                                      Jam     : 12.15 WIB
1.    Sudah diberitahu keadaan umum dan TTV anaknya yaitu :
a.    Keadaan umum          : lemah
b.    TTV     :           N         : 100    x/menit
            S          : 39,2   oC
            RR       : 26      x/menit
2.    Sudah diberikan kompres hangat.
3.    Sudah dilakukan kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy.
4.    Ibu bersedia memberikan anaknya banyak minum air putih.
5.    Anaknya sudah diberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat.
6.    Anaknya mau makan dengan pola makan sedikit tetapi sering.
7.    Anaknya belum bisa tidur dengan tenang dan nyaman.
8.    Ibu bersedia menjaga personal hygiene anaknya.

1.     
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal           : 12 Mei 2015                                      Jam     : 13.00 WIB
S : Data Subjektif
1.    Ibu mengatakan anaknya masih demam, buang air besar 3 kali sehari, konsistensi encer dan sedikit ampas.
2.    Ibu mengatakan anaknya makan bubur sebanyak 3x ¼ porsi/ hari dan minum 1 gelas air putih.
3.    Ibu mengatakan bibir dan lidah kering dan masih kotor.
4.    Ibu mengatakan anaknya rewel, sulit tidur dan terbangun.
O : Data Objektif
1.    Keadaan umum          : lemah
2.    Kesadaran                   : composmentis
3.    TTV                 : S        : 38,5   oC
  N       : 100    x/menit
  RR     : 24      x/menit
4.    Mata cekung, bibir dan lidah kering dan kotor, muka tampak pucat.
5.    Pada tangan kiri masih terpasang infus RL 20 tpm (micro).
A : Assesment
An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid.
Evaluasi :
1.    Ibu sudah memberikan kompres hangat.
2.    BAB anaknya dari 4x ,sekarang menjadi 3 kali , konsistensi encer , sedikit ampas.
3.    Anaknya masih demam, bibir ,lidah kering dan kotor.
4.    Porsi makan anak masih sama 3x ¼ porsi/ hari.
5.    Anaknya masih sulit tidur.
P : Planning
1.    Lanjutkan therapy (Kloramfenikol syrup 125 ml diberikan 1 sendok takar diminumkan 3x sehari, puyer paracetamol 500 mg 3 tablet dijadikan 10 bungkus 3x1 / hari).
2.    Pantau TTV
3.    Kaji pola BAB
4.    Berikan kompres hangat
5.    Berikan makanan bergizi sedikit tetapi sering.











DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal           : 13 Mei 2015                                                  Jam     : 14.00 WIB
S : Subjektif
1.    Ibu mengatakan anaknya sudah tidak muntah, sudah BAB 1 kali sehari, konsistensi lembek.
2.    Ibu mengatakan anaknya makan bubur ½ porsi dan minum 1 gelas susu dan air putih.
3.    Ibu mengatakan anaknya sudah mulai bisa tidur , tetapi masih terbangun.
O : Objektif
1.    Keadaan umum          : lemah
2.    Kesadaran                   : composmentis
3.    TTV                             : suhu : 38oC, nadi : 100x/menit, respirasi :
  24x/menit
4.    Tangan masih terpasang infus RL 20 tpm (micro).
5.    Muka masih pucat, mulut masih kering dan lidah kering , kotor.
A : Assesment
An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid.
Evaluasi :
1.    Keadaan mulai membaik
2.    Suhu sudah turun dari 38,5oC menjadi 38oC
3.    Porsi makan sudah bertambah dari ¼ porsi menjadi ½ porsi makan bubur.

P : Planning
1.    Lanjutkan therapy (Kloramfenikol syrup, puyer paracetamol)
2.    Pantau TTV
3.    Jaga personal hygiene anaknya
4.    Berikan banyak minum air putih

















DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal           : 14 Mei 2015                                                  Jam     : 07.00 WIB
S : Subjektif
1.    Ibu mengatakan demam anaknya sudah turun.
2.    Ibu mengatakan anaknya makan bubur sebanyak ½ porsi lebih, minum air putih 1 gelas, susu 1 gelas.
3.    Ibu mengatakan anaknya sudak tidak rewel, sudah bisa tidur nyenyak.
O : Objektif
1.    Keadaan umum          : baik
2.    Kesadaran                   : composmentis
3.    TTV                             : suhu : 37,3oC, nadi 100x/menit, respiratori :
  24x/menit.
4.    Muka sudah tidak pucat, mulut dan lidah tidak kering, lidah bersih.
A : Assesment
An. B umur 4 tahun dengan keadaan baik.
Evaluasi :
1.    Keadaan sudah baik ( tidak pucat, tidak lemas, BAB 1 kali/hari, konsistensi lembek)
2.    Suhu sudah turun dari 38oC menjadi 37,3oC

P : Planning
1.    Lanjukan therapy (Kloramfenikol syrup, puyer paracetamol)
2.    Anjurkan ibu tetap memberikan nutrisi cukup energi dan protein tinggi serat.
3.    Lepas infus


















DATA PERKEMBANGAN V


Tanggal           : 15 Mei 2015                                      Jam     : 08.00 WIB

S : Subjektif
1.    Ibu mengatakan buang air besar anaknya sudah normal 1 kali sehari, konsistensi lembek, berwarna kuning.
2.    Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel dan kondisinya sudah baik.
3.    Ibu mengatakan porsi makan anak sudah bertambah.
O : Objektif
1.    Pemeriksaan umum
a.    KU                         : baik
b.    TTV           : N       : 108x/menit
              S        : 36,5oC
              RR     : 26x/menit
2.    Mata tidak cekung, muka tidak pucat, mulut dan lidah tidak kering.
3.    Infus sudah dilepas pada pukul 06.45 WIB.
A : Assesment
An. B umur 4 tahun dengan keadaan baik.
Evaluasi :
1.    Pasien diperbolehkan pulang.
2.    Sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam typhoid  dan pencegahannya.
3.    Ibu bersedia membawa anaknya untuk periksa apabila terdapat tanda dan gejala demam typhoid.
P : Planning
1.    Lanjutkan therapy, pemberian paracetamol apabila anaknya mengalami panas.
2.    Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam typhoid  dan cara pencegahan.
3.    Pasien diperbolehkan pulang.
4.    Di anjurkan datang kembali atau periksa ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
           
 


BAB V
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan membahas tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan demam typhoid  pada An. B umur 4 tahun dengan pendekatan manajemen 7 langkah menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktek yang dialami penulis saat dilapangan.
1.    Pengkajian
Pada teori menurut Hartomo (2013), tanda dan gejala pada demam  typhoid adalah  demam  lebih dari seminggu, pada kepala balita biasanya ubun-ubunnya cekung, muka agak pucat karena dehidrasi, lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah, kelopak mata cekung karena terjadi dehidrasi, conjungtiva pucat, kulit tampak kering dan panas yang mungkin juga didapatkan bercak daerah abdomen, dada atau punggung, mual berat sampai muntah, diare, lemas, pusing dan sakit perut karena demam  tinggi menimbulkan rasa lemas dan pusing.
Sedangkan pada kasus, pengumpulan data subyektif Ibu mengatakan An. B umur 4 tahun anaknya panas sudah 5 hari, mual dan muntah sejak 2 hari, BAB encer sudah 4x/hari sejak 2 yang lalu disertai dengan demam.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.



2.    Interpretasi Data
Pada teori menurut dr. Kasno (2010), langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien. Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan. Pada kasus balita dengan penyakit demam typhoid , diagnosa kebidanan sebagai berikut : An. B umur...... tahun dengan sakit demam typhoid. Masalah merupakan permasalahan yang muncul berdasarkan data yang diperoleh dari hasil anamnesa maupun hasil pemeriksaan. Masalah yang timbul pada balita dengan demam typhoid  yaitu mual dan muntah, BAB encer disertai demam  tinggi. Berdasarkan masalah, maka kebutuhan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa. Hal-hal yang dibutuhkan pada balita dengan demam typhoid yaitu istirahat tirah baring, menjaga personal hygiene, diet bubur saring.
Sedangkan pada kasus An. B dengan demam typhoid diperoleh diagnosa kebidanan An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid, masalah yang ada  yaitu panas 5 hari, mual dan muntah, BAB encer sejak 2 hari yang lalu disertai demam. Dan kebutuhan yang diperlukan yaitu menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya, mencukupi nutrisi anak yang optimal, menganjurkan untuk istirahat cukup.
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek yaitu pada kebutuhan , di teori kebutuhannya yaitu tirah baring, menjaga personal hygiene, diet bubur saring, sedangkan di kasus yaitu menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya, mencukupi nutrisi anak yang optimal, menganjurkan untuk istirahat cukup.
3.    Diagnosa Potensial
Pada teori menurut Nurarif (2013), langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, apabila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat memberikan antisipasi apabila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi. Pada balita dengan demam typhoid , diagnosa potensial yang mungkin terjadi yaitu perdarahan usus.
Pada kasus An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid, diagnosa potensial tidak terjadi karena adanya antisipasi atau tindakan segera dengan melakukan kolaborasi dokter untuk pemberian therapy.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
4.    Antisipasi
Menurut teori Padila (2013), antisipasi adalah langkah yang memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan tim medis lain sesuai dengan kondisi pasien. Antisipasi pada balita dengan demam typhoid yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy, dan segera rujuk apabila kondisi pasien semakin parah.
Pada kasus An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid, antisipasi yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy dan apabila kondisi pasien semakin parah segera dirujuk ke rumah sakit.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antar teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
5.    Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi balita. Rencana asuhan pada balita dengan demam typhoid menurut Padila (2010) meliputi :
1)    Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah  serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
2)    Berikan makanan lunak dengan lauk pauk.
3)    Pasang infus.
4)    Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat.
5)    Anjurkan untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun.
6)    Atur ruangan agar cukup ventilasi.
7)    Berikan kompres hangat.
8)    Anjurkan pasien banyak minum.
9)    Berikan pakaian yang tipis.
10) Observasi suhu tubuh.
Sedangkan pada kasus An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid , perencanaan yang diberikan meliputi :
1)    Beritahu ibu keadaan umum dan TTV anaknya.
2)    Berikan kompres hangat pada anaknya.
3)    Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat.
4)    Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya.
5)    Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat.
6)    Berikan nutrisi/ makan sedikit tetapi sering pada anaknya.
7)    Menganjurkan untuk istirahat cukup.
8)    Anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.
6.    Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan dengan melakukan kolaborasi dokter. Pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan pada balita dengan demam typhoid menurut Padila (2010) yaitu :
1)    Memberikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah  serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
2)    Memberikan makanan lunak dengan lauk pauk.
3)    Memasang infus untuk penambahan cairan tubuh agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
4)    Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat yaitu kloramfenikol, amoxicilin.
5)    Menganjurkan untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun.
6)    Mengatur  ruangan agar cukup ventilasi agar terjadi sirkulasi udara.
7)    Memberikan kompres hangat.
8)    Anjurkan pasien banyak minum.
9)    Memberikan pakaian yang tipis.
10) Melakukan observasi suhu tubuh.
Sedangkan pada kasus penatalaksanaannya yaitu :
1)    Memberitahu ibu keadaan umum dan TTV anaknya.
2)    Memberikan kompres hangat pada anaknya.
3)    Melakukan kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat yaitu kloramfenikol syrup 125 ml diberikan 1 sendok takar diminumkan 3x1/ hari, puyer paracetamol 500 mg 3 tablet dijadikan 10 bungkus 3x1/ hari, infus RL 20 tpm (micro).
4)    Menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan.
5)    Memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat.
6)    Memberikan nutrisi/ makan sedikit tetapi sering pada anaknya.
7)    Menganjurkan untuk istirahat cukup.
8)    Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya.
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek yaitu pada pemberian therapy,  dilahan praktek tidak diberikan amoxicilin sedangkan di teori diberikan amoxicilin.


7.    Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir untuk mengetahui apa yang telah dilakukan. Mengevaluasi kefektifan dari asuhan yang diberikan. Mengulang kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. Evaluasi dari pelaksanaan yang telah diberikan pada balita dengan demam typhoid menurut Padila (2010) meliputi :
1)    Sudah diberikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
2)    Sudah diberikan makanan lunak dengan lauk pauk.
3)    Infus sudah dipasang dengan 20 tpm (micro).
4)    Sudah melakukan kolaborasi degan tim medis untuk pemeberian obat.
5)    Pasien bersedia untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun.
6)    Ruangan sudah diatur agar cukup ventilasi.
7)    Sudah diberikan kompres hangat.
8)    Pasien sudah diberikan banyak minum.
9)    Sudah diberikan pakaian yang tipis.
10) Sudah dilakukan observasi suhu tubuh.
Evaluasi terhadap An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid setelah dilakukan perawatan selama 5 hari di Puskesmas, keadaan An. B sudah kembali sehat ditandai dengan data subyektif ibu mengatakan lidah anaknya sudah tidak kotor, mulut tidak kering, porsi makan sudah bertambah, BAB sudah normal 1 kali sehari, konsistensi lembek, berwarna kuning, demam sudah turun. Data obyektif meliputi keadaan umum anak baik, pernafasan 26x/ menit, nadi 108x/menit, suhu 36,5oC, mata tidak cekung, muka tidak pucat, infus sudah dilepas.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek. Evaluasi atau hasil dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.


 


BAB VI
PENUTUP

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit demam typhoid, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada balita sakit demam typhoid.
A.   Kesimpulan
1.    Dari hasil pengkajian berdasarkan data subjektif ibu mengatakan anaknya umur 4 tahun, panas sudah 5 hari, mual dan muntah sejak 2 hari, BAB encer sejak 2 hari yang lalu disertai dengan demam. Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV : suhu 39,2oC, respirasi : 26x/menit, nadi : 100x/menit, conjungtiva pucat, sklera putih, muka pucat, mulut tampak kering, lidah kotor, warna lidah putih, tidak ada sariawan, tidak ada tarikan dinding dada.
2.    Dari hasil interpretasi data Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah balita An. B umur 4 tahun dengan demam typhoid. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah nafsu makan berkurang. Kebutuhan yang diperlukan adalah menganjurkan ibu untuk memberikan makan sedikit tetapi sering, mencukupi nutrisi anak yang optimal, menganjurkan untuk istirahat cukup.
3.    Pada kasus An. B diagnosa potensialnya adalah Perdarahan Usus, tetapi pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial dikarenakan kesigapan para tenaga medis dalam menangani kasus demam typhoid.
4.    Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita An. B dengan demam typhoid yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy obat.
5.    Pada kasus An. B perencanaannya adalah beritahu ibu keadaan umum dan TTV anak, berikan kompres hangat pada anaknya, kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya, berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat, berikan nutrisi/ makan sedikit tetapi sering pada anaknya, menganjurkan untuk istirahat cukup, anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya.
6.    Implementasi pada kasus An. B disesuaikan dengan rencana tindakan pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. B dengan demam typhoid meliputi : memberitahu ibu keadaan umum dan TTV anaknya, keadaan umum anaknya yaitu pucat , lemas, memberikan kompres hangat pada anaknya, melakukan kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian therapy obat (Kloramfenikol syrup 125 ml diberikan 1 sendok takar diminumkan 3x sehari, puyer paracetamol 500 mg 3 tablet dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, infus RL 20 tpm (micro)), menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya digunakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh, memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein tinggi serat, misalnya bubur, telur ayam kampung, dan susu, memberikan nutrisi atau makan sedikit tetapi sering pada anaknya, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, yaitu tidur siang hari ± 2 jam, malam hari ± 10 jam, menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene anaknya yaitu mengganti baju 2x sehari, mandi/ sibin 2x sehari.
7.    Evaluasi atau hasil pada kasus balita sakit pada An. B dengan demam typhoid yaitu semua tindakan dilakukan dengan baik dan pasien sembuh dalam waktu 5 hari. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum baik, tidak pucat, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, suhu sudah normal 36,5oC, nadi 108x/ menit, pernafasan 26x/ menit.
B.   Saran
1.    Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga dalam melakukan tindakan dapat dipertanggungjawabkan terutama pada praktek di lapangan.
2.    Bagi Tenaga Kesehatan
Para tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda-tanda balita dengan demam typhoid sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan segera dalam merencanakan asuhan kebidanan pada balita dengan demam typhoid.
3.    Bagi orang tua pasien
Diharapkan orang tua pasien dapat memahami tanda dan gejala demam typhoid, pencegahan demam typhoid  setelah bidan memberikan penyululuhan tentang demam typhoid.
4.    Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya Karya tulis Ilmiah ini digunakan sebagi sumber bacaan atau referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khusunya pada balita dengan demam typhoid



DAFTAR PUSTAKA

1.    DepKes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. [diakses pada tanggal 9 Mei 2015]. Didapat dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf.

2.    DinKes RI. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012. [diakses pada tanggal 25 April 2015]. Didapat dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/profil_kes_provinsi_2012/13_profil_kes.prov.jawatengah_2012.pdf.

3.    Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika.

4.    Septiari, B Beta. 2012. Mencetak Balita Cerdas. Yogyakarta : Nuha Medika.

5.    Padila, S. Kep. Ners. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

6.    Tilong, Adi D. 2012. Deteksi Gangguan Kesehatan Dengan Lidah Bau Napas Dan Urine. Jogjakarta : Buku Biru.

7.    Drs. H. Akhsin Zulkoni, M.Si. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

8.    Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

9.    Hartomo. 2013. Deteksi Penyakit Anak Dan Pengobatannya. Jakarta : Platinum.

10.  Dr. Kasno, dkk. 2010. Demam Tifoid. Semarang : Universitas Diponegoro.

11.  DepKes RI. 2010. Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta : DepKes RI.

12.  Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC.